“Emosi nagatif manusia yang paling kuat harus menjadi bintang penuntun yang memanifestasikan jalan yang jelas ke depan”
Emosi negatif tidak hadir untuk melemahkan, emosi negatif hadir untuk menguatkan. Emosi negatif tidak hadir untuk meruntuhkan, emosi negatif hadir untuk membangun. Emosi negatif tidak hadir untuk disesali, emosi negatif hadir untuk disyukuri.
Sahabatku… Kalau emosi negatif ini masih melemahkan, masih meruntuhkan dan masih kita sesali. Maka kita belumlah mengelolanya agar menjadi nikmat.
Menikmati rasa sedih, menikmati rasa bingung, menikmati rasa kecewa, bahkan untuk menikmati kemarahan butuh seni tersendiri yang bahkan tidak pernah diajarkan sebelumnya.
Hari ini kita akan belajar mengelola emosi menjadi nikmat untuk menikmatinya. Penasaran dengan caranya? Mari kita belajar seni indah ini.
Pertama : Pahamilah kalau emosi tidak akan menjadi nikmat dengan pikiran positif
Jadi, saat seseorang merasakan emosi negatif jangan mencoba untuk berpikir positif untuk meredakannya.
Kita biasa mendengar afirmasi positif setiap hari, mengikuti kelas motivasi setiap minggu, berteman dengan seorang spiritual selamanya hanya untuk terus mengasah pikiran positif kita tetap stabil. Namun jangan mengharapkan hal-hal yang mudah seperti pikiran positif mampu meredakan emosi negatif kita yang sedang menggelora. Apalagi mengelolanya menjadi nikmat.
Cara mengelola emosi negatif agar menjadi nikmat adalah dengan tidak merasa bersalah dengan emosi itu sendiri. Pikiran positif tahu betul kalau emosi negatif adalah hal terburuk baginya. Pikiran positif kita akan menyesali setiap bagian dari emosi negatif yang menggelora ini. Masalahnya, seseorang tidak bisa menikmati yang disesalinya.
Lalu bagaimana?
Pernah mendengar kalau ada racun yang hanya bisa diobati dengan racun?
Sahabatku… Kita selalu menghindari pahit padahal pahit bisa juga menjadi manis. Dari pada menyesali emosi negatif kita. Cobalah menerima emosi negatif itu untuk mencari titik manis darinya.
KEDUA : MENCARI SETITIK KECIL MANIS DIDALAM KUBANGAN PAHITNYA EMOSI NEGATIF
Sahabatku… Saat emosi negatif menggelora, maka jadilah pemulung untuk mengais-ngais sisa terbaik dari yang terbuang.
Cobalah memperhatikan air mata itu, cobalah mengingat teriakan itu, cobalah memeras kembali perih itu. Resapi sejenak dalam kenetralan. Ternyata memang akan ada rasa manis dari balik itu semua.
‘Akan’ adalah waktu yang tidak berbatas. Namun kita selalu membawa waktu pada saat yang sama. Berarti detik ini akan ada rasa manis yang akan hadir.
Logikanya sederhana, kalaulah kita percaya diriNYA adalah kebaikan yang tidak terbatas, maka begitulah memang tidak akan ada batas untuk menerima manis didalam pahit.
Tipsnya! Latihlah diri ini agar senantiasa netral untuk menerima kebaikanNYA yang tidak terbatas.
KETIGA : NETRALKAN DIRI INI, TAPI SEBELUMNYA IKHLASLAH TERLEBIH DAHULU
Rapatkan keikhlasan serapat-rapatnya agar saat kita tenggelam dalam emosi negatif. Keikhlasan sejati itu mampu menyelamatkan kita, mencuci kita bersih dan mengizinkan kenetralan muncul untuk menerima kebaikanNYA yang berada dalam pahit dan dalam manis.
Kenetralan adalah wajah ikhlas yang utama. Untuk netral kita harus ikhlas, sementara untuk ikhlas kita butuh membangun kejernihan akal yang senantiasa terhubung dengan pemilikNYA.
Betul memang emosi negatif adalah tentang hati, buih-buih perasaan yang menggelora. Namun akal yang terhubung senantiasa akan berada diatas segala emosi baik itu positif maupun negatif.
Sederhananya begini sahabatku… Kalau akal ini mampu paham kalau diriNYA meliputi setiap segalanya, maka adakah bagian dari emosi negatif yang terlewat dariNYA? Bukankah jawaban dari pertanyaan ini akan menentukan seberapa kita mengimaniNYA.
Iman membutuhkan akal, akal membangun keikhlasan. Keikhlasan menghadirkan kenetralan. Sementara kenetralan adalah kebaikanNYA yang tak bertepi.
Singkatnya sahabatku… Kalau didalam emosi negatif itu memang terdapat kebaikanNYA, maka bukankah kita akan selalu menikmati kebaikanNYA bukan?
Nikmatilah emosi negatif itu sahabatku… Janganlah lagi dikeluhi. Kalau kita tidak bisa menikmati rasa pahit, maka lidah ini akan menjadi tumpul akan rasa manis. Cobalah!