3 LATIHAN DASAR UNTUK MENJADI NETRAL

 

Seorang bijak berkata “Kenetralan
hanya akan terjadi saat seseorang berhasil menenggelamkan dirinya dalam
kesucian”. Hanya saja sahabatku… Siapa yang bisa menjadi suci tanpa disucikan?

Sementara mensucikan diri itu
ibarat seseorang yang hanya memiliki satu tangan. Kalau satu tangan ini
dipakai, maka terpaksa tangan ini harus kotor. Kalau tidak mau menjadi kotor,
maka jangan dipakai. Tapi bagaimanapun juga kita tetap harus memakainya bukan?

Jadi kesucian adalah kerelaan
diri yang mau disucikan dalam pengulangan. Berkali-kali mensucikan diri sampai
senantiasa terlihat bersih. Tapi bukan berarti terlihat bersih tidak kotor.
Harus ada kotor untuk bersih, dan itulah kenetralan.

Sebuah kabar baik pastinya. Hanya
saja bagaimana cara agar kekotoran diri kita mampu disucikan agar menjadi
netral?

Sahabatku… Setiap proses
membutuhkan ilmu. Semesta buatanNYA adalah sumber ilmu yang tidak terputus.
Mari kita membaca ilmuNYA agar keinginan kita untuk menjadi netral tidak
menjadi keinginan kosong dalam harapan yang mencemaskan.

Tidak ada keinginan yang kosong
sahabatku… Meskipun keinginan itu sangat merepotkan. Bersemangtlah untuk setiap
keinginan. Tentunya kita sangat ingin menjadi suci dan netral bukan?

Keinginan ini sangat wajar,
karena begitulah fitrah kita sebenarnya. Setiap kesadaran memang akan selalu
merindu untuk menuju fitrahnya, inilah latihan dasar kita untuk untuk menghapus
kerinduan itu :

1.       JANGAN
TAKUT UNTUK SALAH

Sahabatku…
Tanyakan kepada diri; apakah dia masih takut untuk salah? Apakah dia membenci
kesalahan, untuk yang dia lakukan sendiri atau yang dilakukan oleh orang lain?
Apakah kesalahan masih membuatnya kecewa dan frustasi? Dan apakah dia berharap
tidak pernah salah? 

Kalau jawabannya
adalah, “iya”. Maka latihan pertama adalah untuk merubah pertanyaan diatas
menjadi “tidak”. Ingat! Ini adalah latihan dasar. Jadi ini harus dilakukan,
sebelum melakukan yang lainnya.

Kalau kita masih
bingung kenapa alasannya? Maka pahamilah kalimat dibawah ini :

“Aku tidak
pernah benar kalau aku tidak pernah salah”

“Aku salah
karena aku harus benar”

“Aku tidak mampu
memperbaiki kalau tidak mampu menerima kesalahan”

 

2.       IZINKAN
DIRI UNTUK BELAJAR MENERIMA KESALAHAN

Sahabatku…
Manusia tidak akan mampu membenahi apapun yang tidak bisa diterimanya. Rejection (penolakan) adalah batu yang
sangat tebal.

Respon menerima
adalah pelajaran awal untuk mengendalikan ego. Ego kita selalu menolak sesuatu
yang tidak nyaman, dan akan memaksa kita untuk meraih kembali dan
mempertahankan kenyamanan itu, untuk menerima segala keuntungan.

Karena
mempertahankan ego itulah maka respon kita adalah marah, mengumpat atau bersedih.
Akhirnya kita gagal menghadapi kesalahan, lalu kesalahan itu pun berubah
menjadi masalah. Pada moment ini, kesalahan apapun yang sedang kita hadapi
tidak akan bisa terbenahi, karena kita sudah gagal menghadapinya.

Agar tidak gagal
menghadapi kesalahan, maka kita perlu memilih respon menerima. Dengan memilih
respon menerima, maka kita akan mampu mengendalikan ego. Lalu karena ego sudah
terkendali, maka jiwa kita bisa menikmati ketidak-damaian yang sedang
berlangsung.

Akhirnya kita
terlindungi dari stress dan depresi. Ini terjadi karena diri seudah mampu
menerima kesalahan sampai rasa pemakluman itu hadir.

Stress yang
muncul dan depresi yang berkepanjangan adalah akibat dari diri yang belum mampu
menerima keadaan. Sehingga kita membuat keadaan menjadi masalah. Ini terjadi
karena ego terus menerusan memberontak dan belum mau menerima ketidak-damaian
yang terjadi. 

Padahal saat
kita memilih menerima sepenuhnya ketidak-damaian, ketidak-damaian akan berubah
menjadi kedamaian. Dan inilah yang dibutuhkan oleh jiwa dan jasad kita.

Coba tanyakan
sendiri; apakah seseorang itu bisa memperbaiki apabila dirinya stress???

Bahkan dirinya
sendirilah yang pertama kali harus diperbaiki, sebelum kesalahannya diperbaiki.
Karena apabila pikiran sudah mengganggu jasad, maka jasad akan beroperasi tidak
seimbang. Lalu bagian siapa yang mampu memperbaiki siapa?

Sahabatku… Buah
dari kenetralan adalah pemakluman. Hanya saja, bagaimana kita bisa memaklumi
sesuatu yang tidak kita terima?

3.       BELAJAR
UNTUK TIDAK MENILAI HASIL PELAJARAN TAPI HANYA TERUS MEMPERBAIKI
 

Pada latihan
kali ini, anggap kita sudah berhasil melewati dua latihan sebelumnya. Kita
boleh bersenang hati dalam kedamaian yang sedang berlangsung ini. Kedamaian
yang muncul dari jiwa yang sudah mampu melihat kesalahan dan menerimanya.

Pasti senang
rasanya karena sudah tidak terganggu lagi dengan hal-hal yang tidak sesuai
rencana. Pasti juga bahagia bisa memaklumi setiap kesalaha orang lain dengan
bijak.

Namun pada
latihan kali ini kita sudah dituntut untuk memperbaiki. Kita tidak memaklumi kesalahan
untuk dilupakan atau dibiarkan, melainkan untuk diperbaiki.

Kenapa
memperbaiki kesalahan masuk kedalam latihan untuk menjadi netral?

Jawabannya sudah
pasti karena ini dua hal yang berhubungan. Dalam kenetralan kita sudah mulai
berhenti menilai, namun tidak berhenti beraksi. Iya betul ego ini sudah mampu memaklumi
setiap kesalahan yang telah terjadi, namun bukan berarti kita berhenti
memperbaiki.

Mampukah kita
hanya beraksi tanpa menilai? Bisakah kita membiarkan diri berjalan diatas
teriknya matahari tanpa menilai panasnya? Kuatkah kita terus berlari tanpa
menilai kecepatannya? Mampukah kita memperbaiki tanpa berbangga diri telah
memperbaiki. 

Sahabatku… Saat
kita membiarkan penilaian sebagai prioritas hidup, maka kita telah sukses
menghilangkan bagian hidup itu sendiri. Hidup membutuhkan aksi dan bukan
penilaian. Belajar menghilangkan penilaian adalah pokok yang paling susah dari
latihan kenetralan.

Karena itu latihan
teringannya adalah dengan tidak memberikan hidup secara rela begitu saja untuk
dinilai dan menilai.

“Hiduplah untuk
memperbaiki kehidupan tanpa membutuhkan nilai” Bukankah Dzat Maha selalu
begitu? Berapa nilai yang Dia harapkan dari apa yang telah dilakukanNYA? Tidak
ada bukan? Itulah kenetralan.

Sahabatku… Cukup tiga dulu untuk
hari ini. Mari kita melatih diri kita untuk terus terlihat bersih. Ingat saja
terus, kalau harus ada kotor untuk bersih. Dzat Maha selalu membuat dua kubu yang
berbeda. Perhatikan atom, dia memiliki positif, dia memiliki negatif dan dia
juga memiliki netral. Tugas kita hanya menempatkan diri ditengah, dan itulah
fitrah manusia yang sebenarnya.

Saat ego manusia tidak mengerti
apa itu menempatkan diri ditengah, maka hancurlah kenetralan. Kenetralan adalah
fitrah manusia yang bisa terkoyak oleh egonya sendiri. Pahami rahasia kecil ini
sahabatku… Karena mungkin latihan kita ini akan berlangsung selamanya.

 

Salam semesta

Copyright 2020 © www.pesansemesta.com

Scroll to Top